PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI POTENSI LAHAN PERTANIAN
PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI
POTENSI LAHAN PERTANIAN
Geomorfologi
merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya
serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-proses
itu dalam susunan keruangan (Verstappen,1983). Proses geomorfologi adalah
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang mengakibatkan
modifikasi permukaan bumi (Thornbury, 1970).
Penyebab
proses geomorfologi adalah benda-benda alam yang dikenal dengan benda-benda
alam berupa angin dan air. Proses geomorfologi dibedakan menjadi dua yaitu
proses eksogen (tenaga asal luar bumi) yang umumnya sebagai perusak dan proses
endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) sebagai pembentuk, keduanya
bekerja bersama-sama dalam merubah permukaan bumi.
Pulau
Kalimantan adalah wilayah dengan iklim tropik basah. Karakter vegetasii hutan
tropik basah memiliki keragaman jenis sangat tinggi. Topografi wilayah
Kalimantan meliputi dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga memungkinkan
ditemui berbagaii tipe vegetasi. Selain itu, banyak ditemukan delta salah
satunya adalah delta mahakam dan delta barito.
Pengertian delta adalah massa sedimen baik subaerial maupun
submerged yang terendapkan pada tubuh air (laut atau danau) terutama oleh
aktivitas sungai. Dalam kamus Oceanografi dijelaskan bahwa delta merupakan
endapan sedimen yang berasal dari daratan yang terbentuk di muara sungai
berbatasan dengan laut ataupun danau. Delta didefinisikan sebagai dataran
rendah yang hampir rata, terletak di muara sungai tempat endapan sedimen
terakumulasi. Delta juga didefinisikan delta sebagai daerah akumulasi di
wilayah pesisir, baik yang subaquenous dan subaerial, materialnya berasal dari
endapan sungai maupun endapan sekunder dari laut yang dibentuk oleh berbagai
agen, seperti gelombang, arus atau pasang surut (Atmodjo, 2010).
Delta merupakan hasil interaksi proses fluvial dan marin sehingga dinamika
delta tidak terlepas dari dua hal tersebut. Hal ini ditunjukan oleh maju atau
mundurnya garis pantai delta, yakni maju pada bagian yang mendapatkan imbuhan
sedimen dan mundur pada bagian yang mengalami abrasi. Kuat lemahnya pengaruh
proses marin dan proses fluvial mempengaruhi jenis delta yang terjadi. Apabila
pengaruh proses fluvial lebih kuat dibanding proses marin, maka akan terbentuk
Delta Kipas (lobate) dan Delta Kaki Burung (elongate) yang termasuk high
constructive deltas. Jika pengaruh proses marin lebih kuat maka akan terbentuk
Delta Lancip (Cuspate) yang termasuk high-destructive delta.
Delta adalah endapan yang dibuat di muara sungai dimana sungai
yang mengalir ke dalam laut, muara, danau, waduk, rata gersang daerah, atau ke
sungai. Delta yang dibentuk dari endapan sedimen yang dibawa oleh sungai
sebagai alur daun mulut sungai. Lebih lama dari waktu, endapan ini membangun
karakteristik geografis pola delta sungai. Delta terbentuk di muara sungai dan
sangat tergantung pada jumlah material sedimen yang diendapkan di daerah
tersebut dan proses hidrodinamika yang terjadi di daerah tersebut. Delta dibagi
menjadi enam tipe. Tipe pertama berkembang pada lingkungan yang mempunyai
pasang surut rendah, arus sepanjang pesisir rendah, serta material halus
sebagai suspended load lebih dominan, akan cenderung membentuk delta tipe kaki
burung.
Perkembangan delta dipengaruhi oleh keseimbangan sistem sungai
seperti pola sediment yield, iklim, keseimbangan tektonik, dan dinamika garis pantai
yang dipengaruhi oleh tenaga gelombang, pasang surut dan arus laut (Ritter, et al.,1995;
Wiegel, 2009; Bird, 2008). Beberapa delta di dunia mempunyai masalah yang
disebabkan oleh subsiden, atau perubahan muka air laut (Hensel, et.al.,1999;
Wiegel, 2009).
Delta
Barito merupakan delta yang berkembang di muara Sungai Barito. Delta inii
merupakan delta dengan tipe lobate. Tenaga yang mendominasi dalam pembentukan
dan perkembangan delta tersebut adalah sungai. Delta Barito termasuk delta
maju. Delta Barito dibatasi oleh Sungai Kapuas Murung dibagian barat, Sungai Barito
dibagian timur, Sungai Pulau Petak di bagian utara dan Laut Jawa di bagian selatan.
Terdapat Saluran Irigasi di Delta Barito yang digunakan untuk pertanian dan sarana
trasnportasi. Saluran irigasi di Delta Barito adalah Anjir Talaran, Anjir Serapat,
dan Anjir Tamban (Djuwansah, 1985).
Tipe iklim di Delta Barito
menurut klasifikasi Schmid-Fergusson adalah tipe B dengan curah hujan rata-rata
adalah 1800-2200 mm/tahun. Musim hujan terjadi pada bulan November-April dan
musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober. Kecepatan angin tertinggi di
Delta Barito terjadi pada bulan September sedangkan kecepatan angin terendah di
Delta Barito terjadi pada bulan Juni.
Bentuklahan yang terdapat di Delta Barito terdiri atas bentuklahan
asal proses fluvial, bentuklahan asal proses marin dan bentuklahan organik yang
dihasilkan oleh pembusukan tumbuhan. Bentuklahan asal proses fluvial terdiri
atas tanggul alam berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung, dan lumpur; dan
danau tapal kuda berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur.
Bentuklahan fluvial terdapat di sepanjang Sungai Barito, Sungai Kapuas Murung
dan Sungai Pulau Petak. Bentuklahan asal proses marin terdiri atas rataan
pasang surut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur; dan beting
gisik berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur. Bentuklahan ini
berkembang di pesisir Delta Barito. Bentuklahan organik terdiri atas cekungan
antiklinal gambut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur; dan sayap
antiklinal gambut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur.
Bentuklahan ini berkembang dibagian tengah Delta Barito.
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2, bentuklahan asal proses fluvial
berkembang di sepanjang Sungai Barito, Sungai Kapuas Murung dan Sungai Pulau
Petak. Tanggull alam sebagai bentuklahan asal proses fluvial mempunyai luas
243.858 km2, dan danau tapal kuda yang terletak dibagian selatan dan utara
delta mempunyai luas 54.443 km2. Bentuklahan asal proses marin berkembang di
sepanjang pesisir Delta Barito. Rataan pasang surut sebagai bentuklahan asal
proses marin mempunyai luas 155.476 km2, dan beting gisik dengan luas bentuklahan
42.140 km2. Bentuklahan dengan material gambut berkembang di bagian tengah Delta
Barito. Bagian tengah Delta Barito adalah berupa cekungan. Bentuklahan ini
paling luas di Delta Barito dengan luas bentuklahan 999.916 km2. Bentuklahan
ini merupakan dome gambut yang mengalami penurunan atau depresi sehingga
membentuk cekungan dibagian tengah delta, sedangkan disekeliling dari depresi
tersebut lebih tinggi daripada daerah cekungan atau disebut sebagai sayap
antiklinal gambut.
Potensi yang terkandung pada setiap bentuklahan sangat beragam
terutama untuk pertanian dan perkebunan. Tanggul alam merupakan bentuklahan
yang berada disepanjang sungai. Air sungai membawa sedimen dan bahan organik,
kemudian akan diendapkan disepanjang tanggul alam. Hal ini akan menyebabkan
daerah kiri kanan sungai merupakan daerah yang sangat subur.
Daerah rataan pasang surut dan beting gisik merupakan dua
bentuklahan yang dibentuk oleh tenaga marin atau laut. Terdapat perbedaan
tenaga yang membentuk dua bentuklahan ini yaitu rataan pasang surut dibentuk oleh
tenaga pasang surut sedangkan beting gisik dibentuk oleh tenaga gelombang.
Rataan pasag surut banyak terdapat pada bagian timur dari Delta Barito
sedangkan beting gisik banyak terdapat pada bagian barat dari Delta Barito
(Arisanty, 2013). Perbedaan tenaga yang membentuk delta tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan karakteristik fisik dari bentuklahan seperti tekstur
tanah, kesuburan, pH, air, dan sebagainya. Adanya perbedaan tersebut
menyebabkan adanya pemanfaatan lahan yang berbeda pula.
Bentuklahan
yang merupakan hasil pengendapan bahan organik dalam jangka waktu yang sangat
lama adalah bentuklahan organik. Sebelumnya berupa dome gambut yang mengalami
penurunan pada bagian tengah dari dome tersebut sehingga menjadi suatu
cekungan. Bagian sekitar dome menjadi lebih tinggi topografinya dibandingkan
dengan bagian tengah yang merupakan daerah cekungan tersebut. Adanya perbedaan
topografi menyebabkan terjadinya perbedaan karakteristik lingkungan dari bentuklahan
tersebut. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan penggunaan lahan.
A. Pemanfaatan
lahan pada setiap bentuklahan
Penggunaan
lahan yang ada di Delta Barito terdiri atas lahan pertanian, hutan rawa, dan
permukiman. Lahan pertanian merupakan penggunaan lahan yang paling luas yang
ada di wilayah delta sungai barito. Adanya pembukaan lahan dan konversi lahan dari
lahan hutan menjadi kawasan pertanian menjadikan lahan pertanian semakin luas.
Penggunaan lahan yang paling sedikit adalah permukiman. Permukiman berada
disepanjang Sungai Barito dan sekitar saluran atau anjir.
Hutan
rawa dapat ditemukan pada bentuklahan rataan pasang surut, danau tapal kuda,
dan lembah antiklinal. Tekstur tanah yang halus, berlumpur dan tergenang karena
pengaruh dari pasang surut merupakan kondisi yang baik untuk berkembangnya
hutan rawa. Lahan pertanian berupa lahan sawah banyak ditemui pada bentuklahan
tanggul alam, danau tapal kuda dan cekungan anticlinal. Tanah yang subur
berasal dari pengendapan sedimen dari sungai menyebabkan bentuklahan tanggul
alam dan danau tapal kuda berpotensi untuk menjadi lahan sawah. Kebun jagung
dan peternakan banyak dijumpai di sayap anticlinal gambut. Topografi yang lebih
tinggi daripada daerah sekitarnya dan tanah yang tidak dalam kondisi tergenang menyebabkan
wilayah ini berpotensi sebagai kawasan peternakan dan perkebunan. Permukiman
banyak dijumpai pada lembah anticlinal dan tanggul alam. Permukiman banyak
dijumpai pada tanggul alam dan lembah antiklin. Tanggul alam terdapat disepanjang
sungai dan permukiman juga mengikuti pola sungai. Kawasan permukiman pada
lembah antiklin karena adanya saluran atau anjir pada lembah antiklin tersebut.
Kesimpulan
Tanah gambut di Delta Barito termasuk pada topogenic peat atau gambut yang berkembang di belakang tanggul dan termasuk kaya unsur hara. Kematangan gambut di Delta Barito diklasifikasikan sebagai saprik. Penggunaan lahan yang intensif di Delta Barito adalah untuk pertanian.
Kesimpulan
Tanah gambut di Delta Barito termasuk pada topogenic peat atau gambut yang berkembang di belakang tanggul dan termasuk kaya unsur hara. Kematangan gambut di Delta Barito diklasifikasikan sebagai saprik. Penggunaan lahan yang intensif di Delta Barito adalah untuk pertanian.
Komentar
Posting Komentar